BERLARI
Malam Frustasi vol. 39
Sudah waktunya senja, aku rasa tuhan telah menakdirkan kecewa
berlari tanpa arah, menuju tempat yang seharusnya indah
nyatanya, kita hanya berada dalam lingkaran kesedihan
kita hanya memaku tanpa kata dibawah renjana
sudah seribu langkah kini ku terjang demi aksara
apa masih kurang bagi tuan putri yang mulia?
baik, akan ku lanjutkan jutaan langkah ku berlari
untuk menjemputmu tuan putri yang ku cintai
biar ku lihat dikau menari bersama luka
disini ku merenung ditemani duka
lekaslah pergi, biar diriku yang menunggumu disini.
— 666endos
Ketika arunika terpancar indah
Aku melihat pemandangan manusia yang lalu lalang
dengan tawanya
Menyambut pagi tanpa khawatir Kesengsaraan tak nampak dalam kehidupan
Semua damai dan sejahtera Muda mudi hingga orang tua
Semua mudah mendapatkan
mata pencaharian Tanpa memandang status sosial
Tanpa memandang siapa dirinya dan siapa mereka Inilah hidup di tanah air yang merdeka
Tidak ada manusia yang
memperkaya dirinya sendiri dengan mendzalimi yang lain
Anak-anak terjamin pendidikannya
Mereka ramai-ramai berlari
mengejar mimpi.
Namun aku tersadar, ternyata aku hanya bermimpi di pagi buta.
— niawardah_
Tercebur, ke dalam lumpur dosa
Terperosok, hingga penghujung jurang tercela
Menangis, meraung, mencengkram sia-sia
Bergandengan tangan pun, tetap tak cukup untuk melihat cahaya.
Sudah lari, hingga berdarah-darah
Jejak hitam, kian merajah
Tersesat, hingga lupa rumah
Ingin kembali, tetapi tak lagi berarah.
Kesedihan tak berarti,
Kehilangan hingga ingin mati.
Meminta tolong tak jua dapat peduli
Ingin ke mana? Sudah putus tak bertali.
Cercahan cahaya, hanya kunang-kunang
Sayang seribu sayang, ingin menghilang
Hancur, lebur, harus kabur.
Berlari walau tak ingin, dengan sisa genggam yang telah terbawa angin.
— Lukiii.er
Di jalanan panjang yang tak berujung,
Aku berlari tanpa henti dan tanpa arah.
Mengikuti alur waktu yang terus berlalu,
Tapi dalam kecepatan itu, aku pun tersesat.
Berlari, kaki ini melangkah dengan cepat,
Namun kebingungan semakin memenuhi benak.
Seperti daun yang terbawa arus sungai,
Aku berlari, mencari jalur yang hilang.
Menyeberangi padang pasir yang tandus,
Kucoba menemukan jejak-jejak kehidupan.
Tapi kehilangan dalam hamparan yang sunyi,
Aku berlari, terus berlari dalam kebingungan.
Tak tahu ke mana harus pergi,
Kegelapan mulai merayap dalam kekosongan.
Mencari petunjuk di dalam labirin pikiran,
Aku berlari, dalam upaya untuk keluar dari rumitnya isi kepala sendiri.
Namun semakin kuat aku berlari,
Semakin jauh aku terdorong dari tujuan.
Seperti kupu-kupu yang terbang mencari sinar,
Aku tersesat, dalam kegelapan yang menghampiri.
— op.sesat
Kakiku sering tertusuk paku saat mengejarmu
Terjatuh, tertatih-tatih semua kulalui dengan semangat membara
Aku tak mampu mengejarmu, padahal kau hanya terdiam didalam kereta itu.
Hingga pada akhirnya aku mengangkat kedua tanganku meminta kepada Sang Esa.
Terbelit dipikiranku, berdoa pun sepertinya sudah mustahil. Yaa, Aku menyerah.
Entah ada angin apa tiba-tiba kau datang menghampiriku.
Aku yang sehari-hari hanya merenung sontak berubah menjadi orang yang sangat ceria,
Ya karena kedatanganmu itu.
Aku berkata kepada diriku sendiri, this is love broo! , kalau jodoh pasti datang dengan sendirinya.
Setelah dua purnama beriringan, lalu kau pergi bersama seseorang berkuda gagah itu.
Katamu, itulah yang didambakan.
Kau pergi, aku tak mampu mengejarmu, aku tak sanggup lagi untuk berlari.
— antonifullstop
Bang lari bang ada meteor
Ucap seorang anak dengan baju lusuh dan kotor
Jangankan sepatu menganga, ataupun sandal putus sebelah
Yang terlihat hanya kaki menghitam dan pecah-pecah
Kaki yang menemaninya menjalani hari-hari lelah
Yang kita bisa menilai sendiri apakah itu terlihat mudah
la terus berjalan
Tak peduli susah
Ataupun kaki berdarah-darah
Namun ajaib
Dari mulutnya tak terdengar keluh kesah Senyum di bibirnya selalu merekah
Menebar kebaikan sekecil apapun yang dia bisa
Meskipun semua tau ia tak punya apa-apa
la terus berjalan
lya, ia masih berjalan
Alih-alih berlari
Seperti kebanyakan dari kita yang memilih berlari
Lari dari apa yang seharusnya kita hadapi
Lari dari kenyataan, terseok-seok mencari tujuan
Sedikit melupakan apa yang sudah menjadi ketetapan
Atau bahkan sama sekali tak terpikirkan
Nak, tunggu!
Biarkan kami belajar darimu
Kami lelah berlari
Kami ingin kembali.
— datsukazor
Netra ku jatuh, melihat jalan teramat panjang
gelap dan kosong
hingga tak kulihat aspal datar yang berujung
aku melangkah sekali
tak tau apa yang ingin ku capai,
angan hilang terlihat nyata
sulit tubuh ini menerima
kesal,
kali ini tak hanya sekali
ku jejaki ribuan langkah dengan berlari
ribuan kilometer hampir ku tapaki
terfikir menemukan sosok yg akan menggapai jari
tetap tak ku temui
lelah,
perlahan ku berhenti
air mata tak sanggup terbendung lagi
takut memeluk diri
diam penuh emosi
aku buka mata,
ku basuh muka dengan air bersih
ku bentang kain
ku tundukan kepalaku,
ku ceritakan isi hatiku,
menadang doa
mencoba untuk kuat sekali lagi.
— anikozhri
Arah jalan yang saling menunjuk
Mengarahkan pada kehendak yang dimau
Seolah-olah saling menyalahkan
Menarikku yang dalam kebingungan
Memaksaku ikuti pilihannya
Aku coba berlari
Berlari
Berlari de
Berlari deng
Berlari dengan
Berlari dengan gontai
Lalu,
Berlari di dalam hampa
Berlari di dalam ham
Berlari di dalam
Berlari di dala
Berlari di dal
Berlari di da
Berlari di
Akhirnya berlari
Kacau kata-kataku
Bagai perasaan dalam kalbu
Tak tau arah sajakku berujar
Semua hanya hambar
— allahu_ghafuur_rahim
Aku pernah mencoba berlari sekuat tenaga
tertatih, sampai jatuh dan terluka
tidak peduli dengan diri sendiri,
mengutamakan egoku yang habis ditelan semua
tapi sekarang aku menyadari
bahwa itu adalah tanda aku membenci apa yang terjadi
karenanya aku belajar
hingga akhirnya aku tersadar
sumpah, aku sudah ikhlas
dengan semua usaha yang tidak lagi kuremehkan
dengan semua harapan yang tidak lagi kutinggikan
dengan segala doa yang terus menerus aku panjatkan
aku ingin menjalani hari
dengan tidak peduli apa yang menjadi ekspektasi
sampai aku menyadari nantinya
saat ku menoleh ke belakang,
ternyata aku telah berlari
lebih jauh dari yang kuperkirakan
— fahkamilah
Kita memiliki ego yang sama sama tinggi
tak ada yang ingin mengalah sama sekali
kita sama sama ingin dihargai
tapi sama sekali tak ada yang mau menghargai
dari awal memulai semua, kita hanya mau dikejar
lantas siapakah yang berlari untuk mengejar
hubungan yang hanya diisi dengan saling menyalahkan
tanpa ada yang mau mengakui kesalahan
sekarang semua itu hanyalah kenangan
haruskah aku berlari dari kenyataan
untuk membangun kisah kita walau dalam khayalan
terimakasih telah menjadi bagian dari bab pendewasaan
— skyzdiablue
Sepertinya pagi masih terlalu dini.
Bahkan matahari pun masih belum terbangun dari lelapnya.
Tapi di ujung jalan ku lihat kau berlari.
Iya kau berlari.
Iya.
Di ujung jalan ini.
Kulihat jelas kau berlari.
Tapi.
Setelah kuamati dengn jelas, kau berlari bukan ke arah yang sama dengan arah yg dulu kita tempuh bersama.
Kau berlari kencang, ke arah yang berbeda.
Aku terdiam, karna aku tidak bisa mengikuti arah larimu.
Kau tau, aku hanya terdiam di persimpangan ini semenjak kau rubah arah tujuan mu.
Kau tau, ada satu suara yg memanggil namaku.
Aku tau itu bukan kau.
Suara itu, mengajak aku berjalan.
Dengan arah yang awalnya tujuan kita.
Awalnya aku ragu mengikuti suara itu.
Bukan. Keraguanku bukan karna aku masih terikat bayangmu.
Tapi keraguanku, karena luka ini.
Luka yg kau tinggalkan setelah kau tinggal aku d persimpangan ini sendirian, bagai sibuta tanpa tongkat.
Kau tau.
Luka itu memang bisa ku lalui.
Memang bisa ku atasi.
Tapi apakah kau tau.
Luka ini tidak pernah bisa ku sembuhkan.
Sementara, suara itu semakin kuat memanggil.
Ku coba ikuti, aku berharap suara itu tidak akan meninggalkan ku di persimpangan sperti hal nya kau dulu.
Tapi.
Lagi lagi aku salah.
Sepanjang perjalanan yg baru aku mulai ini, bahkan yg aku lihat yg berlari hanya aku.
Dia hanya diam d tempat.
Lelah.. Lelah sekali.
Sekali lg aku berhenti.
Kusadari, jalanan ini belum trlalu jauh dari persimpangan dimana kau tinggalkan aku.
Dan dia.
Dimana dia yg td memanggilku namaku dan mngajak aku beriring bersama.
Ternyta dia sama denganmu.
Dia malah memandang ke arah yg berbeda dari arah awal ketika dy mengajakku.
Hanya sesingkat ini.
Aku terdiam lg.
Jangan kan ingin berlari, melangkah pun aku sudah tak snggup lagi.
Dan aku.. Hanya bisa kembali terdiam di persimpangan ini.
Entah sampai kapan.
— 17.12.r
Kadang hidup membawa kita ke dalam,
Kadang keluar.
Kadang ke samping,
Kadang ke tengah.
kadang berjalan,
kadang dipaksa berlari,
Kadang tidak kemana-mana.
Jalani saja, terima saja; apa adanya,
Tak usah bersikeras melawan takdir
Semuanya hanya fase,
Semuanya semu,
Semuanya sementara,
Semuanya akan berakhir.
Pelan-pelan saja,
kita pasti sampai.
— azismunandarr
Berlari mengikuti mimpi.
mimpi yang tak pernah tergapai.
Dikejar oleh banyak harapan yang membebani.
Yang selalu menjadi bangkai.
disisa sisa belulang perjuangan yang tak pernah tergapai.
Mata air pengharapan yang selalu muncul dari mulut orang sekitar
Menyemangati.
Membuat terus berlari.
Meskipun pada akhirnya kembali menjadi bangkai.
Mulai lelah dengan ekspetasi yang berbanding terbalik oleh realita ini.
Waktunya untuk berhenti
berlari.
— Jeremiafrndo_
Berlari aku ke tempat sunyi,
lari dari semuanya,
lari dari dia yang mempermainkan aku,
lari dari semua bajingan yang menolakku jatuh,
lari dari segalanya,
sejauh mana harus aku berlari,
sejauh mana harus aku pergi.
sial,
kenapa semua yang aku lakukan hancur,
kenapa semua yang aku sentuh rosak,
kenapa segalanya berpunca dari aku,
apa harus hidup ini berjalan sebegini.
tuhan,
bantu aku bangun,
biarpun kifarah itu ada,
aku mohon jangan kau uji begini,
aku sudah tidak tahu,
sejauh mana,
sekuat mana,
selaju mana,
untuk aku terus ‘berlari’.
— icaploc0
Entah apa yang terjadi diantara kita
Antara aku dan kamu
Entah sejak kapan, aku pun tak tahu
Ingin ku berlari, namun ku tak sanggup
Sungguh ku tak sanggup
Karna, Yang ku tau ku hanya mencinta
— rinaaeptiyani88
Aku adalah seorang pelari
Yang suka berlari di himpitan rutinitas
Banyak keindahan yang kulalui selama aku berlari
Namun jika tiba-tiba aku berhenti di-kamu
Maka percayalah
Kau adalah keindahan yang
tak ingin kubiarkan berlalu
— bngdika_02
Aku hidup di kota
Lahir di desa
Bisakah aku berlari?
Apa yang sebenarnya ingin kucari?
Aku bukan sedang ingin menghindar
Wahai semesta, aku benci egoisme hati
Tapi aku tak suka banyak orang peduli
Percayalah peduli pun ada takarannya
Biarkan aku berlari...
Aku mencari ketenangan
Keluar dari keramaian manusia
Tanpa suara bising hedonisme
Tapi sejauh manapun aku berlari hanya kau(Tuhan) yang menjadi
Tujuan utama dalam diri ini.
— chuendirattos
Berlari dari kenyataan yang memusnahkan
fikiran aku kosong malah tak kelihatan
dimana akal aku tidak lagi mampu menampung berat dan beban
yang selama ini ku pikul dari hati ke badan
badan ku lelah tanda aku perlu berhenti
tetapi larian ini tetap aku teruskan walau destinasi nya belum ku pasti
patutkah aku berhenti dan dibilang pecundang
atau patutkah aku teruskan hingga aku merasa kesakitan
nafas ku semakin hilang
tangan ku ingin menggapai sesuatu
tetapi hati tidak benarkan
minda ku kosong tiada apa di fikiran
yang difirkirkan hanyalah sesuatu yang selama ini aku inginkan
tetapi adakah itu sesuatu yang ku mahu atau sesuatu yang ku perlu
jika bukan keperluan maka ku pinta izin tuhan
berhentikan larian ini dan gerakkan aku ke arah yang berbeza
hamba kecilmu tidak mampu lagi menelan siksa ini
hanya mampu berlari dari kenyataan.
akhirnya aku jatuh tersungkur
mencium tanah semula
larian ku terhenti tatkala dia gerakkan
untuk aku memulakan larian baru
menuju jalan ke tuh
— dnshqll
Komentar
Posting Komentar