SEPULANG DARI MASA LALU


Sepulang kerja, kurogoh kantong dengan harapan masih tersisa sedikit uang walau hanya sekedar untuk membeli satu atau dua batang rokok sembari menikmati hujan yang tak berkesudahan.

"Ahh, ternyata masih ada uang lima ribuan! lumayan untuk membeli satu hingga dua batang rokok" ucapku.

Setelah membeli di warung terdekat, segera kunyalakan dan menikmati setiap hisapan. Sembari merokok aku tersenyum dan disusul ucapan syukur masih bisa hidup sampai saat ini.

Tiba-tiba diseberang jalan, kulihat ada anak kecil yang tertawa sembari bermain hujan-hujanan, seketika ingatanku melanglang buana saat masa kecil dulu; dimana tak ada satu bebanpun yang kupikul di pundak, tak ada persoalan yang paling rumit kuselesaikan selain soal matematika sewaktu sekolah dulu, bahkan ketika ditanya bu guru "kalau besar nanti mau jadi apa?" dengan lantangnya aku berteriak "ingin jadi dokter bu!"

Hahaha...
Sepolos dan sebodoh itu memang aku dulu, dimana semua anak-anak bebas bermimpi menjadi apa dan siapa, beda dengan diriku saat ini, yang terserah mau jadi apa yang penting masih bisa hidup dan makan, masih bisa melihat keluarga tersenyum, dan ibu tidak menangis lagi.

Sungguh pelik memang kehidupan orang dewasa, yang terpaksa tersenyum walau beban di pundak serasa memikul beban yang tiada berkesudahan, memang mudah berkata "semua akan baik-baik saja", tapi debtcolector tak akan pernah membuatmu tertidur nyenyak, isak tangis adik-adik yang membuat dunia ini runtuh, belum lagi melihat ibu begitu murung seharian serasa melihat satu-satunya surga milikmu porak poranda.

Tapi mau bagaimana lagi, ini kan kata dewasa yang sejak kecil aku impikan? melakukan apapun tanpa ada larangan, bebas memeluk yang kusayang tanpa ada batasan, dan apapun yang orang dewasa lakukan.

"Bangsat!" Seketika lamunanku buyar saat ada mobil melintas dan cipratan air yang tergenang membasahiku. Di waktu yang bersamaan aku sadar, diriku hari ini hanyalah hasil angan-anganku dimasa lalu, yang mencoba berdiri diatas kaki sendiri, dan mencoba berdamai dengan diri sendiri.

"Bangun! Kau bukan anak konglomerat yang bisa dengan mudahnya menjadi dokter, bukan pula anak pengusaha yang bisa memilih makan apa hari ini." Ucapku dalam hati

Aku hanyalah anak yang dibesarkan harapan orang tua yang membabi buta, aku hanyalah anak sulung yang tak apa harus sengsara asal adik-adiknya bahagia, aku hanyalah anak yang tak mau apapun selain keluargaku bahagia.

Semoga Tuhan menguatkan pundakku biar bisa memikul apapun yang Dia amini, semoga perutku cukup kenyang agar keluargaku tak kelaparan.

Semoga...

Aku bisa bertahan, agar ibu bahagia.


— gnerasifrustasi



note : jangan lupa beri tanggapan/komentarnya di postingan instagram ya sobat! Sangkyuuu 🍻










Komentar

Postingan Populer