Selamat Hari Puisi Nasional!


Malam Frustasi vol. 38


Candrakirana adalah salah satu bentuk nyata dari banyak nya keindahan yang ada di tata surya.
Dirimu pun juga sama,
kamu juga adalah salah satu bentuk nyata dari banyak nya keindahan yang lahir di dunia.

Dengan keindahan yang kamu miliki kamu itu layaknya seperti Danastri asmara yang dahayu nan laksmi,
Karna terlalu Indah dirimu aku jadi tak perlu lagi menunggu cakrawala disore hari,
Karna bagiku dengan melihat dirimu saja
itu sudah cukup untuk melihat semua keindahan yang ada didunia ini.

Begitu indah dipandang, keindahan pancaran cahaya senja seolah tertutupi akan hadirmu.
Puisi ini ku tulis dengan harapan
Semoga... paras cantik itu, indah tatapan itu
dapat kupandang dengan genggamanku ditanganmu.
Bersinarlah dalam redupnya rembulan.
Dan tetaplah begitu hingga fajar datang.

— r.kiew






Selamat malam, Alina sayang..
Aku senang,
Aku senang pada malam,
Karena, malam adalah waktu yang pas untuk mabuk;
bukan dengan anggur atau pun bir.
melainkan mabuk dalam perenungan dan penghayatan hidup.
Sebab hidup yg baik adalah hidup yg disadari dan diterima keberadaan nya.
Apapun yg terjadi.
Ohhh iya..
Alina sayang,
Kemarin malam aku bermimpi,
Aku berada di daerah konflik,
Yg di keliling suara merdu dari senjata dan ledakan bom,
dan disana ada banyak sekali wajah-wajah manusia yg penuh dendam,
Tapi kamu tenang saja, aku tidak sendirian.
Aku justru memimpin 10 kompi pasukan khusus,
Memandu mereka dalam peperangan yg sedang berlangsung,
Meskipun pada akhirnya aku harus mati duluan,
Setelah menulis surat ini untuk mu.
tak lama kemudian, aku bangun dari tidur
Dan menyadari bahwa itu hanya mimpi dan aku masih hidup,
Dan terkirim lah surat ini kepada mu,
Tamat.

— azismunandarr






Manifestasi Perasaan

Aku terperangkap dalam genggaman perasaan
Yang tak mampu kumiliki atau kusentuh
Seperti angin yang berhembus lewat
Tak bisa kugenggam atau kusembunyikan dalam hati

Manifestasi perasaan yang tak tertahan
Terus mengalir dalam kehampaan hati
Seperti air yang mengalir tanpa henti
Membawa kekosongan yang tak terisi

Bahkan saat aku mencoba untuk mengekspresikan
Rasa yang terpendam dalam jiwaku
Kata-kata tak cukup untuk menjelaskan
Dan hati ini tetap terperangkap dalam kebisuan

Mungkin ini adalah cara alam untuk mengajariku
Bahwa perasaan tidak selalu bisa diatur
Dan kadang-kadang, kita harus belajar
Untuk menerima bahwa ada hal-hal yang tak bisa dimiliki

Namun meski begitu, aku tidak akan menyerah
Aku akan terus berjuang dan mencoba
Untuk menemukan cara untuk mengungkapkan
Manifestasi perasaan yang tak terduga ini.

— maryooktavianus01






Pernahkah kau duduk sendiri?
Di taman ilalang dengan sebuah buku Kuntum-kuntum kering yang dimiringkan angin, riak sungai, awan, sepohon rindang, dan hangat mentari Hari yang baik untuk bersantai
Entah ke mana beban di kepala
Merasai udara sambil memejamkan mata

Pernahkah kau berbaring sendiri?
Merebahi ilalang dan menggerak-gerakkan kaki
Menatap biru cerah di atas, gerak awan, remang di antara ranting, dan bening kulit di punggung tanganmu
Hari yang bagus untuk istirahat
Entah ke mana kabar orang-orang
Merasai hidup sambil memejamkan mata

— abbdiil






Dalam Renungan Malam

Malam mulai menyelimuti bumi
Sebab mentari yang perlahan pergi
Bulan dan bintang kini yang menghiasi
Menemaniku dalam sunyi sepi sendiri
Di bawah pantulan cahaya mentari yang menyinari rembulan
Di bawah langit dengan bintang sebagai hiasan
Dihampiri hembusan angin yang melebur dalam keheningan
Aku terbaring  di atas rerumputan
Dalam baringku aku merenungkan keagungan Sang Pencipta
Yang menciptakan keindahan-keindahan  alam semesta
Diciptakan mentari dengan cahaya semangat membara
Diciptakan rembulan dan triliunan bintang di angkasa
Tak lain dan tak bukan ialah agar manusia berpikir
Bahwa semua ada, tercipta oleh Yang Maha Besar
Diatur sedemikian rupa oleh Yang  Maha Pengatur
Dijaga oleh Yang Maha Menjaga agar langit tak runtuh, dunia tak hancur
Semua dilakukan oleh Yang Maha Esa
Satu-satunya
Tidak beranak dan tidak diperanakkan
Carilah kebenaran dan akan kalian temukan pada satu ajaran

— zrzqin






Matahri kian terbit di upuk timur,
Aku menghela nafas mensyukuri nikmat tuhan,
Semesta rimba tertata rapih oleh kebesaran tuhan yang maha esa,
Lantunan adzan berkumandang dan menggema di seluruh penjuru kota,
Adakah yang lebih romantis dari sepasang sendal jepit yang terus berdampingan menuju mesjid ?
Aku kian menyadari bahwa hidup tiada lain untuk merengkuh ridha dan rahmat mu ya rabb,
Sungguh wiyata hidup yang kau berikan sesuai dengan asma-mu penuh dengan kasih dan sayang.

Berlayar tanpa berlabuh mungkin cukup membosankan dan melelahkan,
Tapi ini lah hidup.
Kita adalah nahkoda atas diri kita sendiri mengarungi kehidupan, menerjang ombak nestapa bahkan sesekali perlu mengepalkan tangan dan meninju karang kepelikan,
Sampaiiii saatnya kita berhenti.
Tapii bukan untuk belabuh,
Kita kembali kepada siapa pencipta hamparan duniawi ini .

— yudis.wina_






"Masa Lalu"

Aku menyatakan cinta pada seseorang yang ku damba
Hati berdegup begitu cepat memikirkan jawaban darinya
Dering ponsel ku berbunyi
Ada pesan masuk dari seseorang yang selalu ku sebut namanya dalam doa
Melihat isi pesan tersebut nafasku terasa sesak
Benar, isi pesan itu
"Aku menghargai keberadaan mu, tapi aku tidak bisa membalas rasa cinta itu. Ada hati yang harus aku jaga"

— _usnl_






Sedang mencari sebuah toleransi untuk mencapai kata maklum atas semua perangaimu. Kau terlalu sibuk berkelakar, aku yang juga sibuk menerka adakah kesungguhan yang tersemat dalam setiap ucapanmu.  Memaksa diri untuk memandang sisi paling baik dalam dirimu. Sampai aku lupa bahwa manusia lekat dengan ketidaksempurnaan.

Sepertinya kau cukup mafhum arti diamku sejauh ini. Tak perlu aku bersuara, isi kepalaku sudah cukup bising untuk sekadar membuat telinga berdenging. Luka dan lara selayaknya musuh yang seketika menjelma menjadi teman abadi, dekat dengan diri tanpa ada sekat. Bukankah hidup selalu seperti itu, ia tak lebih dari serangkaian repetisi yang terkadang cukup menyebalkan. Mau berdiam diri sembari menyemai luka, atau mengakhiri semua.  Manusia selalu punya pilihan untuk kemudian baik-baik saja.

— evanesceenttt






Salah satu usaha paling berat ialah untuk kembali menjadi baik-baik saja setelah ditinggalkan tanpa aba-aba, tanpa diberitahu salahmu apa, tanpa tahu yang kacau berada di mana.

Tidak ada pertanda atau ucapan sampai jumpa.
Tidak ada kesempatan kedua.

Kamu bertanya, bertanya, dan bertanya sampai menyadari bahwa satu-satunya jalan keluar ialah melepas dan rela.

Memaksa diri untuk lupa, setengah mati meyakinkan diri untuk baik-baik saja meskipun pernah sebegitunya percaya.

Terus melangkah walaupun rasa-rasanya bangun saja susah luar biasa.


Dan entah untuk kali ke berapa, kamu bisa.
Sakit memang sakit, tetapi tidak ada satupun yang sanggup membuatmu binasa.

Untuk yang sedang berusaha baik-baik saja, ambruklah bila memang sedang ambruk. Tangis dan deritamu bukan drama. Merangkaklah, merayaplah. Suatu hari nanti, kamu akan mampu kembali berlari sampai napasmu terengah, sampai air matamu jatuh karena terlalu banyak tertawa.


— Lukiii.er






Merayakan kesaksian
Debu-debu di kamar menjadi pendengar atas perasaan di dalam hati
Seraya berkata "tidak apa-apa, kamu tidak sendirian".
Memukul pertanyaan di kepala yang berputar kencang saat sepi
Namun tenang, sarang laba-laba itu tetep mendekap pada sudut ruangan jika tidak ada seorang yang membersihkan.
Lebam di tangan dan hati pun seperti tidak menunjukkan beda yang rinci
Tapi tidak perlu khawatir, foto di dinding itu akan tetap tersenyum apapun yang di lewatkan.

— prtma20_






Tentang kita.

alam yang indah menyajikan suatu ketenangan, angin berhembus perlahan, menghantarkan suatu kenangan.

Tentang kita yang dulu sempat bermesra
kita yang dulu pernah tertawa bersama
kita yang dulu selalu merasa resah akan perasaan yang mungkin memudar

kini semua hanya tinggal sebuah angan, kita jauh layaknya langit yang menatap bumi.

ya, pergilah nona. menarilah disepanjang jalan, akan ku kenang masa indah bersamamu.

tentang kita
yang hanya tinggal kenangan.

— icaaang_






Dengan segelas kopi yang tergenggam,
aku mulai memupuk kembali benih
kebahagiaan yang tlah tersimpan rapi.
aku memang seorang pemimpi (katanya),
yang siap mewujudkan setiap mimpi.
semoga aku mampu, kumohon engkau
(kekasih hati) bisa membantu.
menyemai benih kebahagiaan yang
telah aku tanam. sapaan hati !

— soesah_tidur






Diantara malam dan pagi ku hempaskan tubuhku yang lelah ini ke kasurku
Terlihat batas nestapa di ujung malam
Kunikmati bersama hembusan kehampaan
Kulepas perlahan curah rasa
Terhempas bersama semua lara
Kemudian penyesalan menggerogoti tubuhku
Saat kulihat bayangan tubuhmu tercipta bersama dinginnya embun
Untuk tubuh yang tak mampu ku peluk
Untuk tangan yang tak bisa aku genggam
Dan untuk senyum yang tak bisa aku nikmati
Jaga diri baik-baik walaupun kita tak bisa tertawa bersama lagi, tapi do'a baikku selalu untukmu.

— fahrurrozy21






Pak Haji
Duduk sendiri di beranda
Tatapnya yang keji
atas hidupnya
Mulai menerangkan sesuatu
bahwa hidup ini
Cuma tentang buang tai
Dan, "Hahaha!" Ia tertawa
Teringat suatu masa dimana
Ia acungkan jari tengahnya
Pada dunia

— mumtazannadiif






Duduk dalam lamunan.
menatap wajahmu yang malang.
bertanya ada apa denganmu, puan?
kau memilih diam.
menyisakan kebingungan.
membawaku makin hanyut dalam pikiran.
berusaha menerka apa yang mengganjal.
semakin lama tenggelam, hanya tersisa kerumitan.
hingga tersadar, bahwa aku awal permasalahan.
untukmu yang tengah mencari tujuan.
ku harap kau jujur saja sedari awal.
agar tak semenyakitkan sekarang.
agar tak ada umpatan yang ku ucapkan.
terlalu dalam luka yang tertanam.
terlalu dalam rasa yang kupendam.

— pegulat_amatir






Pergi aku dari pangkuan kalian,
meninggalkan beribu goresan,
kau buat lukisan sebelum ku tinggal,
ku bawa lukisan sebagai bekal,

ku simpan lukisan di dalam hayat,
membuka lukisan saat pucat,
sungguh mulai api membakar jiwa,
gila!!! cepat pulang membawa bangga.

— galihnugraha7






Yang katanya!

Apa kau percaya keajaiban?

Maksud ku, bukan dongeng Peterpan

lalah waktu, yang katanya! Bisa menjadi obat bagi hati yang rapuh

Kau percaya keajaiban? lalah waktu, yang katanya! Menjadi pembimbing Bagi sang kelana yang kehilangan arah

Kau percaya keajaiban? lalah waktu, yang katanya! Menjadi jawaban bagi mereka Yang terjebak di labirin cinta

— r.noesantara






Kemarin aku ke malioboro, terburu buru untuk menemuimu. ingin segera habiskan rindu. tapi setelah melihatku kamu malah terpaku. kecewa, katamu. mengapa? padahal aku tidak banyak bicara sampai kau tersenyum. tapi salahkan mentari yang terlalu terik hingga wangi mawar ditubuhku menguap. bukan malah kamu berpaling, tak menatap, dan menyudahi rasa.

— darkyellow17_






Nampak tak kusut
Benang yang kurajut
Saat kita sedang bersama
Dengan rasa yang sama

Seteguk ku telan
Arak Cinta penuh makna
Panas hingga ke hati
Yang Tersisa di akal

Dada panas terbakar
Pandangan nampak nanar
Serasa tangan gemetar
Mengingat kau yang membuat ku sadar,

Mentari perlahan lenyap
Dengan hati yang masih berharap
Semoga kau akan kembali
Dengan rasa yang tak pernah mati

Ku petik sekuntum rindu
Ku taruh di hati penuh kasih
Harum tercium hingga ke lubuk
Mengisahkan tentang parasmu

Para bintang saling berkejaran
Udara malam menusuk hati
Tercium bau kerinduan
Ketika tawamu masih menjadi senandung,

Rindu mengajari ku hal hal sederhana
itu telah menggores lara
Pada hal yang setiap saat ku do'akan
Oleh Tuhan, Kita tak diaminkan

— juantokn_






aku

aku ingin bersembunyi
dibalik awan hitam
sembari melihat senyummu
yang selalu semanis madu

aku akan menunggumu
bersama bintang bintang
lalu jika kau kembali
aku akan lari dan memeluk lagi

aku tahu
kau tak pernah pergi
kau hanya hilang sejenak bukan?
kemarilah, aku masih menunggu

aku tidak melupakanmu
karena bagaimanapun
kau selalu jadi yang paling terang
diantara semua bintang yg aku lihat

aku masih merindukanmu pula
dengan riang tawamu
dengan tingkah lucumu
dengan dewasanya pikiranmu

terimakasih telah menjagaku
terimakasih telah memelukku
terimakasih telah menghangatkanku
terimakasih untuk semua waktumu

— vanilla_coffe






Memang, asa tak semudah kata
Ribuan halang rintang mesti didera
Lelah. Tapi raga selalu dipaksa
Untuk menjadi si paling bisa
Sakit, tapi tak ada kata luka kala itu
Bahkan, mundur sudah bukan lagi resep    jitu
Beban berat dipikul bagai babu
Di pundak rapuh nan pilu
Kuat. Sekata yang harus ditanam
Oleh si kayu yang lagaknya karang
Dia tak kuat, tapi jua tak lemah
Dia si penanggung ekspektasi
Tapi semua, ̶h̶a̶r̶u̶s bisa dilalui.

— rajaaja._






Tuan
Selain suaramu, lagu apa yang kena ku dengar untuk memulai Mei nanti?
Selain suaramu, lagu apa yang kena ku putar sebelum mata terlelapkan?
Tuan
Selamat berkelana
Kau sudah terlalu jauh
Untuk ku ajak pulang

— seemlnii






Di senja terakhir bulan April

Inginku menjelma selembar daun terakhir
Yang dipeluk gagahnya ranting
Daun yang membenci angin dikemarau yang kering

Sesekali ingin merupa rintik yang menjumpa tanah
Deras rinduku runtuh
Menyapa tanah di pusara Ayah

Akupun mawar tanpa duri
Dengan merah kelopak harapku
Menyatu kelopak nan rerumputan
Serta amin tangis ibu

Aku hujan dan rinduku runtuh
Aku daun kering dan aku jatuh
Aku mawar merah yang sudah lusuh
Menyatu erat dipeluk tanah
Menjelma harap untukmu ayah


— hmzh.areezhal

Komentar

  1. Ada saat nya aku ingin berbaring manja di pangkuan mu puan
    Menatap langit-langit rumah yang kita bangun dengan harapan
    Sembari memutarkan lagu yang berisi kenangan
    Kau dengan gaun indah mu menari sayu dan aku dengan kemeja ku mengikuti langkah mu
    Bergandengan,berputar dan tertawa
    Gerakan sederhana mu membuat ku candu akan tiap sentuhan lembut jari mu pada jemari ku
    Kita membayangkan tentang surga
    Tentang taman-taman indah yang kita siram setiap harinya
    Tentang kupu-kupu yang cantik
    Tentang hujan yang rintik
    Sungguh indah membayangkan semua ini pada kepala ku yang hanya terisi oleh mu puan
    Sungguh indah bukan ?
    Mari kita lakukan,kau bersedia?

    -albani

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer