Hujan.



Malam Frustasi vol. 38



Pagi yang cerah
Di tepi Waduk Klakah
Menyinari semua mimpi
Yang telah diukir dalam mimpi
Pada malam tadi

Tiba-tiba, siangnya hujan
Hujan yang membawa kesedihan
Beriringan petir kebencian
Hanya karena rasa iri akan keadaan
Siang ini, kami tidur dengan bahagia
Sedangkan hanya ia yang bekerja
Hingga kelelahan tak terasa

Ia tak tahan menanggung lelah sendiri
Lalu meluapkan rasa iri
Ke kami usai bangkit dari peraduan
Terus ia membakar kebencian
Hingga ia dan kami hangus tak berkesudahan

Ibuku, aku mencintaimu
Engkau manusia terbaik yang rela menerimaku
Tapi apakah kebencianmu
Atas kesalahan kecil kami
Menghancurkan rasa cinta dalam hati kami
Apakah asmara kami hancur karena angkara?

Biarlah luka-luka ini
Tersimpan rapi
Dalam sanubari
Hingga tak pernah nampak kembali

—allahu_ghafuur_rahim






hujan malam itu tak kunjung reda
menjadikan semesta nya gelap gulita
menyamarkan rembulan dengan awan hujan nya
membiarkan genangan air di jalanan terisi sempurna

suasana nya kian membiru layaknya rindu tak tersampaikan itu
andai gemericik air ini bisa mengantarkanku
'tuk menuntaskan pertemuan kala itu
dimana waktu tak sengaja membawa kita ke dalam ruang temu

tatkala hujan masih saja turun
izinkanku menuntunmu pulang, disaksikan rintik hujan yang turut mengalun
beriringan dengan perasaan yang perlahan terbangun
lantas waktu membiarkan kita menata ruang sedemikian rupa-nya dengan anggun
hingga terciptalah ruang temu itu, ditemani rintik hujan yang masih mengalun

— abbdiill






Orang yang datang seribu takkan bisa menggantikan satu orang yang pergi, termasuk kamu sang karakter favoritku dalam puisi.

Aku memang tak menangisi kau yang memang sudah pergi,
Kita hanya pergi untuk beberapa saat saja
Karna kita pasti kembali
Saat aku mengingat kata sementara

Tapi bagaimana jika suatu saat rindu ini menjadi belati dalam diri?
Yang melukai hati, kala hujan turun berganti.
Tanpa roti, tanpa diskusi, dan tanpa dirimu di sini.

Karna Aku si wanita yang selalu bermimpi ingin menjadi pejuang cinta,
yang hanya bisa merangkai asa dengan keterbatasanku, berharap miliki hitungan detik yang singkat untuk selalu bersamamu.

— nrnisaahm






Turun hujan dari langit
Dengan buih rindu basahi tubuh
Petrikor rindu menusuk hidung
Membawa pilu dengan setetes rindu

Aku menunggu, hingga basah tubuh ku
Menimang tetes demi tetes rindu
Yang selalu sendu untuk dirimu
Mendengarkan sang cakrawala telah berpeluh

Menggigil tubuhku, oleh deras rindu yang mengganggu
Menunggu sang pelangi yang begitu naif bagiku
Ku tatap dengan bengis secerca cahaya buram
yang Datang dan menamparku dengan dendam

Inilah aksara pilu , yang ku tulis dengan lelah
Untuk mu yang berwajah teduh
Yang tak bisa ku tatap secara utuh
Agar kau bisa berteduh dari aku yang ingin bertemu

Bulan Ramadhan tidaklah berakhir. Ia hanya berganti menjadi sebuah pintu kemenangan. Di hari yang suci ini, marilah kita saling memaafkan. Taqobbalallahu minna waminkum. Minal aidzin wal faidzin.

—juantokn_






Duduk khidmat sembari bersila dan berdoa
Semilir angin mulai menyelimuti jiwa
Penuh harap pada Yang Maha Kuasa
Demi menyusun kembali reruntuhan asa yang hampir sirna.

Sang mentari tak lagi melirik
Kabut tebal mulai mendelik, deru guruh yang semakin berisik
Mega mendung perlahan menyemai hujan rintik
Seketika itu, aku bangkit sambil berbisik.

"Tuhan, hamba berserah diri kepada-Mu, berikanlah hamba kekuatan dan kesabaran tuk menghadapi berbagai macam ujian-Mu, dan hamba bersyukur atas segala nikmat dari-Mu".

— kang.hersan






Hujan turun membasuh luka,
Menyembuhkan rasa yang terluka,
Tiap tetesnya meresap dalam jiwa,
Membuat hati kembali tenang dan damai.

Di bawah guyuran hujan yang lembut,
Aku merasakan kehangatan yang tersirat,
Seolah hujan ini membawa kabar bahagia,
Bahwa semua kesedihan kan sirna dengan sekejap.

Hujan menutupi luka dengan indahnya,
Menyelimuti rasa yang terluka dengan lembut,
Seakan tak ada lagi beban yang harus dipikul,
Karena hujan telah membawa kelegaan yang sejati.

Lihatlah hujan, bagaimana ia turun dengan anggun,
Menyirami tanah yang dahaga dan merindukan,
Lihatlah hujan, bagaimana ia bisa menghilangkan duka,
Membawa kebahagiaan dan kedamaian yang sejati.

Hujan menutupi luka dengan cinta yang tulus,
Membawa harapan dan kebahagiaan yang abadi,
Di bawah hujan, kita merasakan kehangatan yang istimewa,
Sebab hujan telah menutupi luka kita dengan indahnya.

— maryooktavianus01






hujan malam itu tak kunjung reda
menjadikan semesta nya gelap gulita
menyamarkan rembulan dengan awan hujan nya
membiarkan genangan air di jalanan terisi sempurna

suasana nya kian membiru layaknya rindu tak tersampaikan itu
andai gemericik air ini bisa mengantarkanku
'tuk menuntaskan pertemuan kala itu
dimana waktu tak sengaja membawa kita ke dalam ruang temu

tatkala hujan masih saja turun
izinkanku menuntunmu pulang, disaksikan rintik hujan yang turut mengalun
beriringan dengan perasaan yang perlahan terbangun
lantas waktu membiarkan kita menata ruang sedemikian rupa-nya dengan anggun
hingga terciptalah ruang temu itu, ditemani rintik hujan yang masih mengalun

— rfsyahidah






Berteman Hujan

Di balik peluk rinai senja kala itu, bergetar tubuh si merpati putih.
Basah bulu halusnya bukan sebab hujan
Ruah air matanya sendiri yang membasuh perih
..
Di bawah rangkul dedaunan sore itu, menunduk kepala si merpati putih
Sesekali ia tusuk dadanya dengan paruh, yang sedikit rapuh
Biar hujan yang menarik darah, juga air mata yang tumpah
..
Sebab, dalam harap, Si merpati tak ingin tampak lemah
Ia tak ingin kalah
Meski guntur dan hujan sering berlalu
Cengkeram kuku kakinya tak ia lepas
Menggenggam tubuh pohon trembesi
yang telah usang sana sini
..
Bodohnya.. Yang ia cinta adalah si cantik Murai
Sebangsa memang, namun..
Kapanpun Murai ingin pulang
Ia memiliki tempat singgah
Tak perlu ia takut bulu indahnya kan basah
..
Lalu demi apa Murai kan menyapa merpati
Disaat merpati berteman basah sebab hujan?

— hmzh.areezhal






Hujan, gumpalan awan yang menangis
Bersama dengan angin kencang yang berhembus
Beberapa kali guntur membentak murka
Terhadap manusia keras kepala

Pepohanan rindang yang memberikan kesejukan
Dibantai tanpa perasaan
Tanpa ada perbaikan
Tanpa merasa ada kesalahan

Hilang sudah pepohonan
Serta tumpukan sampah berserakan
Tingginya curah hujan
Hingga infiltrasi tak dapat dilakukan

Telah disediakan alam nan indah
Namun kini rusak sudah
Jangan salahkan hujan
Atas apa yang telah kalian lakukan

— zrzqin






Sudah terlambat untuk kembali sekarang,
hujan badainya terlalu deras.
Mari berjalan menggapai mimpi masing-masing,
Lalu bertemu di titik takdir terbaik.

Itupun kalo di kehendaki oleh sang pemilik kehendak.

— amrulkhdry__






Hujan adalah anak-anak awan
Yang bergerak menuju selatan
Hujan adalah anak-anak matamu
Yang berasal dari gerimis didalam tubuhmu.

Yang kelam dan dingin itu,
Sebenarnya cukup membantu
Merobek bayang-bayang dirimu
Dalam aku yang kalah

Bertarung untuk hatimu.

— mummtazannadiif






Ada setetes air berjatuhan mengetuki tanah dadamu
Di situ kita bermain kabut sambil memejamkan mata hujan
Diam harapmu kembali merapatkan gerimis malam
Bahkan gemerciknya membatinkan dingin
Meski detak jantung menggigilkan rerumputan
Tapi kita di sini gagal mencoba menajamkan runcing kesedihan.

— yudis.wina_






Aku bertanya. “Hujan, jawab aku ini. Bisakah seekor ulat menyentuh langit?”

“Benar, kemustahilan adalah kamu mendapatkannya. Kecuali selamanya.”

“Kecuali selamanya?”

“Ya, kamu hanyalah makhluk rendahan. Tapi, bisakah seekor ulat menyentuh langit katamu? Tentu bisa. Jadikanlah dirimu kupu-kupu. Dan selamat berlomba untuk mendapatkan langit dengan elang yang sedang bermain-main dengannya.”

“Lelucon, kupu-kupu tidak akan bisa menaklukan elang.”

“Itu kata kelinci ke kura-kura.”

— bienvinindo






Dulu,
Saat semburat merah jingga nan elok.
Saat gumpalan kapas gelap bersanding bersama cakrawala.

Tetes kehidupan jatuh serentak.
Membombardir ribuan kilometer lahan.

Impresi menguap di atas tanah.
Larut bersama wewangian hujan.
Di bawah rintik-rintik nikmat Tuhan.
Tersemat manis indahnya janji masa depan.
Penuai kebahagiaan semu berselimut basah. 

Kini,
Harus beradu dengan nestapa.
Menatap seruan hina yang menyayat jiwa.
Menusuk hingga rindu menyeruak keluar.
Dengan satu tarikan napas gusar

— syauqifrds._






Hujan
Jatuh dan harapan
Mereka berkata jatuh menyakitkan
Tapi jatuh seringkali mereka harapkan
Mereka senyum saat hujan
Lalu lupa seketika akan harapan hujan yang selalu mereka rapal saat kemarau
Mereka berkata kau harapan
Tapi yang mereka ajarkan bukan bagaimana terus bangkit
Melainkan hanya sekedar bertahan agar tak jatuh
Lalu lupa bahwa kau pernah bangkit sendirian
Hujan
Saat melihat tetes demi tetesnya
Saat merasakan aromanya
Saat menyentuh dedaunan yang dibelai lembut oleh bekas jatuhnya
Aku bersyukur masih diberi nyawa
Aku ikhlas pernah jatuh lalu patah
Aku bangga pernah menjadi harapan walau sekarang terlupakan
Hujan
Terimakasih atas proses
Terimakasih untuk siklus yang menawan
Hujan
Aku belajar darimu
Proses tanpa protes itu mengagumkan

— astri.whyu






Hujan nestapa d atas derita
Kian hari makin deras hujannya, apalagi tangisnya.
D irirngi suara petir yg menggelegar sprti suara teriakan penuh ancaman darinya.
Sudah kuduga engkau marah karna aq tak menurutimuu
Bahkan engkau berbicara bahwa aku yg tak pernah mendengarkan omonganmuu.
Lantass kau marah padaku
Kau hempaskan aku, kau tusuk hatiku dg omongan muu, lalu kau hina aku.
Mau bagaimana lagii?
Sekarang aku tahu bahwa bahagia menurut mu adalah uang yg banyak.
Lantas aq yg belum mempunyai nya kau anggap beban keluarga.

— nizaraldanii






HUJAN
Langit mendung di Kota sejuta penuh cerita sore ini
Tentang sang mentari yang telah lelah menyinari
mengiringi resah akan halnya dirimu
Yang selalu menjadi seruan dihati
Kala hujan ini ku selalu mengingat kenangan penuh arti
Yang bermuarakan kabar baru
Tentang mimpi berkecukupan
Berharap berpapasan dari kejauhan
Yang selalu terbayangkan penuh kenangan
Terimakasih hujan
yang slalu mengajarkanku hidup lebih berarti
Apapun yang terjadi.

— nraihan17






Perihal merindukan-mu, aku seperti tanah yang merindukan hujan di musim kemarau.
Kering, hancur dan membuat apapun yang ada di atasnya mati mengering.

Semua hilang dalam sekejap setelah aku melihat fotomu yang kau upload di media sosial, suara mu yang aku dengar via telepon, atau hanya sebatas text yang kau kirim kepadaku di waktu-waktu luangmu.

Aku tau ini egois tapi aku harap paling tidak untuk saat ini, tolong tetap menjadi hujan yang yang selalu ku tunggu untuk turun kearah ku.
Untuk membasahi dan membuat semuanya hidup kembali.

— op.sesat






Becek

Terkadang
Strategi hujan memang begitu
Menyerang tanpa aba-aba
Mengeroyok dengan basah
Pergi tanpa resah

Seperti bayangmu yang nyata
Datang tak terduga
Mencegat kewarasan
Membuyarkan lamunan
Lalu lenyap
Meninggalkan senyap

— sultonisme_






Mereka asik tertawa dengan keinginan yg perlahan mulai tercapai, Isak tangis bahagia menyelimuti diri mengenang segala perjuangann. Lantas, kau masih membaluti diri diantara tetes HUJAN, entah itu palsu,!!  lekuk bibir menarik ke atas, Atau hanya dibalik, tutur rias yg tak beraturan. Menarilahh!! bahagialahh!! Rayakan!!, Andaa MENANGGG!!

— hafizhidaayat






Kepada hujan yang menjamah dibumi.
Dinginmu tak kunjung usai, meski kau telah berlalu. Seperti rinduku kepada seseorang yang hanya diam. Dari aku, yang belum lelah merindu.

— bradsday3






Hei! Kenapa kau kutuk hujan yang damai?
Bukan!
bukan rasa dingin Yang membuat mu lari
Juga bukan air mata penyesalan
Kau kutuk hujan!
Kau kutuk malam!
Hanya Untuk pembenaran atas pengecut nya dirimu
Untuk setetes air mata yang tak bisa kau usap

— r.noesantara






Hujan telah tiba
Datang gelegarkan suaranya
Memberi tanda pada semesta
Kabar duka tentang langit jingga

Seperti tak bersenyawa
Gelap gulita terbentang di atas cakrawala
Menggantikan kisah sebuah realita
Sebelum berakhir dengan kata 'kecewa'

Tanpa suara, aku melangkah pada gelapnya
Mendekat mengintip ke arah jendela
Kukira akan ada cahaya
Ternyata langit sudah terlanjur kecewa

— exxzark






hari ini masih sama, aku masih gagal memberi ketenangan pada diriku sendiri.
derasnya hujan tak mengalahkan rasa syukur yang besar di-malam itu, malam dimana yang seharusnya ia hadir menemuiku.
haruskah aku mengatakan, bahwa aku tlah membawa segenggam rindu.
namun disela-sela rasa resah dan grogi yang menyelimuti,
tetap ku-ucapkan terima kasih pada sosok wanita cantik itu. secara intim, dalam diam.

— soesah_tidur






Hujan

Langit sedang menangis dan aku terjebak
Terjebak bersamamu dengan segala kehangatannya
Ditengah dingin yang menghujam tubuh
Tatapanmu memberi kehangatan dikepalaku
Kali ini aku tak ingin hujan reda dengan cepat
Aku ingin waktu berjalan dengan lambat
Agar aku bisa menatap matamu dengan lamat
Ingin menyelam lebih dalam dimatamu
Yang membuat hidupku tak lagi semu
Namun beberapa kali ini hujan terasa berbeda
Semua senda menjadi sendu
Mungkin karena aku tak lagi bersamamu
Engkau hanya singgah yang ku harap sungguh
Rasanya disetiap hujan yang turun
Langit merasakan pilu yang sama
Sepertinya langit sedang ingin menangis bersamaku
Pada hujan yang reda dan cerita yang telah usai

— _antariixa






Adakah yang abadi didalam bumi
Adakah yang akan utuh setelah rapuh
Dimana tempatku bisa menatap lagi matamu
Sungguh tiadakah tempat berteduh disini
Hujan terlalu deras ada yang terhempas
Kau telah berpulang dan terlepas
Lantas dimana bisa kucari jejak napasmu
Diantara tembok usang atau serujam dinding itu
Sungguh rindu ini takkan bisa terobati
Bagaimanapun itu kau tak kan hilang dihati
Aku terlalu tinggi berekspektasi pada situasi
Hingga berujung nestapa setiap hari
Aku selalu meyakini didalam hati
Kau dan aku akan bertemu di alam sana nanti
Didalam doa malamku kau menjelma sebagai jantung hatiku
Kudoakan ketenanganmu wahai cinta pertama sepanjang hidupku

— niaraaaalia 




Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer