PUKUL 12 TENGAH MALAM



Pukul 12 tengah malam, ada derai hujan yang tak kunjung berhenti. Ada percakapan yang tak kunjung usai, tak ada yang ingin kalah, tak ada yang benar-benar menang.

Malam itu realitas seolah mempecundangiku lagi, ditempeleng kenyataan pahit bahwa yang paling ku sayangilah yang memberiku anggur hingga semabuk ini. Iya, aku mabuk; aku tak sadarkan diri, hingga lupa cara menyayangi diri sendiri, lebih mengingat kata "kamu" dibanding kata "aku" yang sudah lama hilang dalam kamus hidupku.

Kopiku tak mampu lagi ku teguk, ada sisa ampas yang tak bisa ku sesap. Aku mengikhlaskanmu, perempuan yang hingga kini tak pernah kudapatkan ditempat manapun, perempuan yang meluluh lantak kan serpihan hati yang dengan susah payah kususun kembali, perempuan yang dengan mudahnya menggunakan kata "pisah" di akhir cerita, tanpa pernah berpikir sekeras apa aku memperjuangkannya. Perempuan yang kubela mati-matian dimata kedua orang tuaku, agar kelak bisa sepelaminan dengannya. Iya, aku sekeras itu mencintainya.

Malam ini aku mengerti apa artinya mengikhlaskan; meyakinkan diri, bahwa dia akan baik tanpa sedikitpun kenang.
Malam ini aku melepasmu, terbang bebas dipohon manapun yang kau ingini.
Malam ini aku membiarkanmu menengadahkan tangan dan berdoa demi siapa saja yang kau amin-i.
Malam ini kelopak mataku mengering; tak ada air mata malam ini. Nyatanya aku sebahagia ini, melihat pilihan yang kau yakini.

Hanya saja,
Aku ingin bilang sesuatu padamu.

Disini, bukan hanya kau yang mati-matian berjuang.
Disini, bukan hanya kau yang mencintai.
Semoga, kau bertemu dengan lelaki yang seperti kau ingini.
Semoga, kau bertemu dengan lelaki yang memelukmu seerat ini.
Semoga, kau menemukan orang yang mencintaimu sebaik aku mencintaimu.

Jika penyesalan datang dikemudian hari, dan aku telah berhenti mengikutimu, aku akan tetap mendoakanmu, bahagia dengan semua pilihanmu.

Tertanda, lelaki yang patah hati pada dunia.


-- gnerasifrustasi

Komentar

Postingan Populer