KEBEBASAN MIMBAR



Bicara soal mahasiswa, berarti bicara soal realitas. Bicara pendidikan, bicara tugas akhir, literatur skripsi, kebijakan, serta bicara soal miniatur kehidupan.


Lagi-lagi saya teringat akan sosok Soe Hok Gie, Aktivis Mahasiswa yang briliant, berani menyindir tapi tak menyinggung, orang yang berani melawan walau hanya dengan tulisan.

Ada yang khas dari tulisan-tulisannya Gie yang terangkum jelas pada bukunya Prof. Dr. Kuntowijoyo, seorang Budayawan, Sastrawan, dan Sejarawan Indonesia yang berjudul "Zaman Peralihan"

Sedikit akan saya kutip soal Dunia Mahasiswa yang terangkum jelas pada buku tersebut.

"Sebagai seorang bekas aktivis mahasiswa (ia pernah menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FSUI dan seorang pendiri Mapala UI), Gie tahu benar betapa tidak sehatnya dunia kemahasiswaan.

Menurutnya, kebobrokan di lingkungan kecil setingkat kampus, sebenarnya merupakan cerminan adanya kebobrokan pada lingkaran lebih luas: masyarakat dan pemerintahan.

Kritik Soe Hok Gie terhadap dunia mahasiswa, agaknya masih relevan untuk diterapkan masa kini. Karena sama dengan dulu, mahasiswa-mahasiswa kita sekarang sgt berorientasi pada pemuasan kepentingan diri sendiri, tidak peka lagi pada masalah kemasyarakatan di tanah air."

Dalam tulisannya “Dosen-dosen Juga Perlu Dikontrol”, ia secara jelas menggambarkan ttg adanya dosen yg membolos sampai 50% dari jadwal mengajarnya per semester.

Soe Hok Gie juga merasa heran, ternyata ada juga dosen yang ‘bodoh’. Yaitu ketika seorang dosen menugaskan mahasiswanya untuk menerjemahkan sebuah buku teks, kemudian ia mengajar dengan buku hasil terjemahan mahasiswanya.

Dalam catatan "Mimpi-mimpi Terakhir Seorang Mahasiswa Tua"

Gie pernah bermimpi bahwa di masa depan, Universitas akan mendapatkan kebebasan mimbarnya kembali. Dan Mahasiswa merasa bahwa kebebasan mimbar a/ hal yang fundamental bagi hidup mereka dlm kampus.

Saya rasa tak ada aneh dgn mimpi-mimpi Gie, titik awal pengharapan yg mendalam akan pendidikan kita saat ini.

Tenang Gie, mimpimu sudah mulai dikabulkan, walau harus merasakan perih yang mendalam. Long Live the Rebels

Komentar

Postingan Populer