365 HARI

Hari yg panjang, harus melangkahi lamanya jarum jam berdetik, lamanya menit menunggu, bahkan jam yg terasa cepat.

Tahun yg penting; sedetik yg sangat penting bagi pemain bola, lambatnya semenit yg sangat menyakitkan bagi para penumpang, sejam tak memberi kabar yg mengundang kerinduan, kerinduan sang ibu pada sang anak yg tak pulang berhari-hari, Kerinduan sang pelaut yg tak berlabuh berbulan-bulan, bahkan setahun menyimpan perasaan itu.

Genap 12 bulan di karantina oleh kesibukan, saya jalani hiruk pikuk tahun yang begitu luar biasa, dan akan tetap luar biasa. Ya, luar biasa lelahnya, luar biasa jurnalnya, luar biasa cobaannya, luar biasa panasnya, luar biasa bencananya, luar biasa pula serangan fajar nya. Tapi hebatnya, sesibuk apapun itu, selelah apapun saya, waktu akan terus berjalan, tak akan ada yang peduli.

Persetan! Semua sibuk dengan kesibukan masing-masing demi terwujudnya resolusi yg mereka ucapkan dahulu, ingin punya ini lah, itu lah. Bahkan jarum jam terlihat begitu cuek berdetik demi resolusinya juga. Hingga detik ini, kala waktu di restart kembali, tak ada satupun resolusi mereka yang tepat sasaran. Ya hanya sebatas ucap.

Kata ibu, sekarang sudah saatnya kamu ucapkan janjimu, menjadi lebih baik lagi, dan lagi di tahun yang makin menjadi.

Takut ah, takut mengambil keputusan saat sedang dilanda euforia tahun baru yang meriah, Saat lagi senang-senangnya para milyuner membakar uang di penghujung tahun. Tak bisa dipungkiri tragedi ini memang sudah jadi tabiat tiap tahun, harus membuang uang demi kesenangan semata atau hanya sebatas seremoni belaka. Padahal ada keluarga yang tidak makan seharian, ada seorang ayah yang rela mengemis demi membelikan terompet Tahun baru untuk anaknya.

Saya takut, mengucap semoga di Tahun yang baru ini, takut sok ikut ikutan membuat resolusi dalam keadaan euforia, yang hasilnya bakalan gagal total. Cukup disimpan dalam-dalam, dan laksanakan. Oh iya Doa juga jangan lupa, sebab manusia hanya sebatas berusaha, sisanya serahkan sama yang di Atas.

Semoga di tahun yang baru ini kita jangan terlalu ber andai-andai yang baru, toh yang lama belum juga terealisasi.